Kain tradisionil Sumba dibikin dari benang-benang kapas yang ditenun oleh tangan beberapa gadis serta ibu-ibu disana. Lewat pembuatan yang sabar serta penuh cinta, helai untuk helai benang itu dikasih ruh serta jadi kain tenun indah. Hasil penjualannya lalu digunakan untuk menghidupi keluarga. Jadi tepatlah jika pameran kain tenun tradisionil Sumba Timur yang diadakan pada tanggal 6 – 31 Agustus 2017 di Plaza Indonesia, Jakarta, dikasih judul “Lukamba Nduma Luri” yang dalam bahasa Sumba bermakna “benang yang memberikan ruh, kain yang memberikan hidup”.
Tenun Sumba biasanya dibikin memakai bahan serta pewarna alami. Untuk membuat motifnya, benang-benang diikat memakai daun gewang, yaitu seperti daun palem, supaya warna pada motif berlainan dengan warna basic. Sedang untuk pewarnaan, penenun umumnya menggunakan akar mengkudu untuk memperoleh warna merah, biru dari nila, cokelat dari lumpur, serta kuning dari kayu.
Artikel Terkait : http://mitraseo.hol.es/wisata/kampung-adat-praiyawang/
“Setiap penenun mempunyai resep spesial untuk pewarnaan ini. Mereka merahasiakannya karenanya adalah ciri serta kekhasan dari kain yang dibuat,” tutur Fidelis Tasman Sangat, penenun dari Waingapu, dalam pembukaan pameran di Plaza Indonesia Dian Sastrowardoyo dalam balutan tenun Sumba(Lukamba Nduma Luri) Disebutkan Fidelis, pembuatan kain dapat butuh waktu 6 bulan sampai 3 tahun. Tidak hanya menenun serta membuat motif, ada tingkatan di mana kain mesti diangin-anginkan saat satu bulan sebelum dicelup dalam minyak kemiri. Ada pula tingkatan yang menguji kesabaran seperti menyimpannya dalam keranjang tertutup untuk memperdalam warnanya.
“Ini step membiarkan kain itu tidur, seperti kita menidurkan anak. Dalam proses ini penenun membiarkan alam ikut serta supaya kain jadi lebih indah,” tutur Fidelis. Kain-kain tenun Sumba pun dibikin dalam warna serta motif bermacam. Semasing motif mempunyai makna spesial. Motif kuda contohnya, memvisualisasikan kepahlawanan, keagungan, serta kebangsawanan sebab kuda ialah lambang harga diri buat penduduk Sumba. Sedang motif buaya atau naga memvisualisasikan kemampuan serta kekuasaan raja, motif ayam melambangkan kehidupan wanita serta motif burung, biasanya kakatua, melambangkan persatuan. Diluar itu, pada kain-kain yang kuno didapati juga motif mahang atau singa, rusa, udang, kura-kura, serta hewan lainnya.